Sebanyak 243 item atau buku ditemukan

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PASIENRAWAT JALAN DI RUMAH SAKITANNISA CITEUREUP

No.156 Tuberkulosis adalah jenis penyakit menular yang diakibatkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Bakteri Tuberkulosis menginfeksi paru-paru, serta sebagian organ tubuh lainya. Bakteri ini masuk tubuh manusia melalui paru-paru, kemudian bakteri tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui darah, kelenjar getah bening, saluran pernapasan, dan menyebar langsung ke organ tubuh yang lain. Keberhasilan pengobatan tuberkulosis sangat ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam meminum obat. Prevalensi penderita tuberkulosis di daerah citeureup dan sekitarnya cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien rawat jalan penderita tuberkulosis dalam melakukan pengobatan tuberkulosis yang dideritanya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan data prospektif yaitu data primer yang berhubungan dengan sosiodemografi pasien. Hasil penelitian ini menurut sosiodemografi berdasarkan umur pasien terbesar didapatkan dari kelompok usia 36 – 45 tahun dengan 24%. Berdasarkan jenis kelamin persentas terbesar adalah jenis kelamin laki-laki dengan 62%. Berdasarkan tingkat pekerjaan persentase terbesar adalah jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 41% dan persentase pasien terbesar berdasarkan tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan setara SMA sebanyak 47%. Kuesioner MMAS-8 digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan pengobatan yang dilakukan. Hasil penelitian dari 80 responden didapatkan sebanyak 63% mempunyai tingkat kepatuhan yang tinggi, 36% sedang dan hanya 1% mempunyai tingkat kepatuhan yang rendah dalam melakukan pengobatan tuberkulosis.

GAMBARAN PERBANDINGAN TINGKAT MINAT KONSUMEN TERHADAP OBAT GENERIK DAN PATEN DI APOTEK DARUSSALAM BOJONG GEDE

No.147 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.189/MenKes/ SK/III/2006 adalah menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat terutama obat esensial dengan ruang lingkup yang mencakup pembiayaan, ketersediaan serta pemerataan obat bagi masyarakat. Obat generik dipasarkan dengan harga jauh lebih murah dari obat paten. Obat generik dipasarkan dengan harga jual yang mengesampingkan biaya penelitian dan pengembangan, studi- studi klinis dan promosi yang menjadi sebab tingginya harga obat paten. Salah satu pertimbangan untuk menyediakan obat yang akan distok oleh Apotek dengan cara mengetahui minat pembelian pasien terhadap obat generik dan paten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat minat pasien terhadap obat generik dan paten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat minat pasien terhadap obat generik dan paten di Apotek Darussalam Bojonggede. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 responden yang bersedia mengisi kuesioner. Seluruh data yang telah didapat dianalisis secara deskriptif dengan bentuk pemaparan dan analisis perhitungan dalam bentuk persentase. Lima persentase terbesar obat paten berada pada indikator: tersedianya informasi obat yang dibutuhkan (75,26%), efek obat terasa lebih baik (75,26%), pilihan utama dalam memilih obat (74,23%), obat yang berkualitas (74,23%) dan obat tidak mudah rusak (73,20%). Persentase terbesar obat generik berada pada indikator : harga obat lebih ekonomis (69,07%), obat yang lebih sering dibeli (58,76%) serta obat yang akan selalu digunakan (50,52%)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN KERTAS MENGANDUNG MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin Benth) DAN MINYAK ATSIRI SERAI WANGI (Cymbopogon nardus)

No.143 Sabun kertas adalah salah satu jenis sabun padat yang umumnya digunakan sebagai sabun cuci tangan sekali pakai. Penambahan zat aktif pada sabun kertas yaitu Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon cablin Benth) dan Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon nardus) yang mampu menghambat aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mutu fisik sabun kertas berdasarkan SNI 3532:2016, serta daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode difusi cakram dan menggunakan dettol cair (chloroxylenol 4,8% w/v) sebagai kontrol positif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium yang dikaji secara kuantitatif. Perbandingan konsentrasi minyak atsiri nilam dan serai wangi pada formulasi sabun kertas adalah F1= basis, F2= 2:1, F3= 1:1, F4= 1:2. Parameter yang diuji meliputi organoleptik, susut pengeringan, pH, asam lemak bebas/alkali bebas, bahan tak larut dalam etanol, lemak tak tersabunkan, stabilitas busa, hedonik, dan aktivitas antibakteri. Hasil mutu fisik berdasarkan SNI 3532:2016 yang terbaik adalah sediaan F4= (n:sw 1:2), kecuali pada kadar lemak tak tersabunkan. Sedangkan hasil nilai hedonik secara umum perlakuan F4 dengan nilai skor sebesar 3,30. Hasil uji aktivitas antibakteri perlakuan F2= (n:sw 2:1) mempunyai daya hambat terhadap s.aureus tertinggi sebesar 15,87 mm sedangkan daya hambat terhadap e.coli tertinggi terdapat pada F4= (n:sw 1:2) sebesar 15,33 mm. Dari hasil analisis statistik bahwa sediaan sabun kertas minyak atsiri nilam dan serai wangi mempunyai pengaruh terhadap aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dan E.coli

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL 96% BONGGOL NANAS (Ananas comosus (L.) (Merr) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

No.795 Bonggol nanas merupakan jenis limbah nanas yang jarang dikonsumsi oleh masyarakat umum. Flavonoid, saponin, dan tanin merupakan zat antibakteri yang terdapat pada bonggol nanas. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan sabun cair ekstrak bonggol nanas dan menguji sifat antibakterinya. Ekstrak bonggol nanas dibuat melalui proses maserasi dengan pelarut etanol 96% Uji aktivitas antibakteri meliputi tiga kelompok perlakuan dengan konsentrasi 60%, 70%, dan 80%, serta dua kelompok kontrol dengan kontrol positif (Dettol) dan kontrol negatif (akuades steril). Aktivitas antibakteri diuji menggunakan metode difusi cakram. Aktivitas antibakteri ekstrak bonggol nanas dan formulasi sabun cair terhadap Staphylococ- cus aureus ditunjukkan pada semua konsentrasi. Aktivitas antibakteri terkuat ter- dapat pada ekstrak bonggol nanas pada konsentrasi 80% dengan diameter rata-rata 11,70 mm pada ekstrak dan 10,51 mm pada sediaan sabun cair sehingga termasuk dalam kategori kuat. Analisis data menggunakan ANOVA dan uji Duncan menun- jukkan perbedaan yang signifikan antara formulasi sabun cair ekstrak bonggol nanas dan ekstrak bonggol nanas terhadap Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil zona bening dapat disimpulkan bahwa setelah pembuatan sabun cair aktivitas antibakteri ekstrak bonggol nanas menurun

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN FARMASI TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI KLINIK PRO EMERGENCY CIBINONG

No.792 Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi penyediaan obat yang bermutu dengan maksud mencapai hasil yang untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan farmasi terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Klinik Pro Emergency cibinong, menggunakan metode prosfektif non eksperimental dan pengamatan langsung terhadap petugas farmasi dengan pengumpulan data berupa kuesioner, jumlah sampel dihitung berdasarkan metode slovin dengan jumlah sampel 62 pasien. Hasil data sosiodemografi pasien laki – laki sebanyak 58%, rata – rata usia pasien terbanyak 35-45 tahun yaitu 29%, pendidikan terbanyak yaitu perguruan tinggi sebanyak 45%, dan pekerjaan terbanyak yaitu pegawai swasta sebanyak 42%. Resep jadi sebanyak 78% dan obat racikan sebanyak 19%, berdasarkan etiket dan label dengan nilai 5 sebanyak 95%, dan berdasarkan pengetahuan pasien dengan nilai 3 sebanyak 95%. Kepuasan yang paling banyak adalah puas yaitu dimensi kehandalan sebesar 69%, dimensi daya tanggap sebesar 55%, dimensi jaminan sebesar 60%, dimensi empati sebesar 52%, dan dimensi wujud nyata sebesar 78%. Hubungan mutu pelayanan farmasi terhadap kepuasan pasien dari 5 dimensi kepuasan hanya dimensi kehandalan yang memiliki hubungan yang erat dilihat dari nilai p-value < 0,05 (p-value = 0,012)

TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS KESEHATAN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS BOGOR SELATAN

No.791 Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Kepuasan merupakan perasaaan yang muncul yaitu senang atau kecewa pada seseorang yang telah membandingkan hasil kinerja dan harapan. Pelayanan dan kepuasan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan kepuasan pihak terkait dapat saling mengoreksi sejauh mana pelayanan yang diberikan semakin baik atau buruk. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan farmasi di Puskesmas Bogor Selatan. Penelitian ini bersifat non-eksperimental dilakukan secara deskriptif dengan prospektif menggunakan kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien BPJS rawat jalan yang mengambil obat di Instalasi Puskesmas Bogor Selatan periode April-Juni 2021. Sampel penelitian yang diambil secara random sampling yaitu sebanyak 97 orang. Hasil dari penelitian ini kategori jenis kelamin tertinggi perempuan 59 orang (60,8%), usia paling banyak 26-35 tahun (33%), pekerjaan karyawan swasta 30 orang (30,9%), pendidikan SMA 52 orang (53,6%). Tentang tingkat kepuasan pasien di Instalasi Puskesmas Bogor Selatan menunjukkan bahwa kategori tingkat kepuasan yaitu pada dimensi kehandalan sebanyak (79,24%), dimensi ketanggapan (77,7%), dimensi jaminan (80,64%), dimensi empati (79,06%), dan terakhir yaitu dimensi bukti fisik sebanyak (77,55%). Hasil data dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan di Instalasi Puskesmas Bogor Selatan berdasarkan 5 dimensi adalah puas dengan persentase sebanyak (78,84%)

EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN BPJS DI PUSKESMAS BOGOR SELATAN

No.788 Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Kemenkes, 2016).Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui data sosiodemografi pasien rawat jalan BPJS dan mengetahui hasil persentase dari penelitian kegiatan PIO dan tersampaikannya informasi obat dengan tercapai atau tidaknya berdasarkan nilai keberhasilan indikator mutu di Puskesmas Bogor Selatan. Dilakukan secara prospektif dimulai bulan Maret – Mei 2021. Dengan sampel 97 pasien diperoleh pasien terbanyak yaitu perempuan dengan hasil 72% dan untuk hasil PIO dengan jumlah obat 217 diperoleh hasil yang sudah disampaikan dan mencapai nilai keberhasilan yaitu, nama obat 100% sudah mencapai nilai keberhasilan sebesar 90%, sediaan 94%, sudah mencapai nilai keberhasilan sebesar 90%, dosis 100% sudah mencapai nilai keberhasilan sebesar 100%, cara pakai 100% sudah mencapai nilai keberhasilan sebesar 100%, indikasi 100% sudah mencapai nilai keberhasilan sebesar 100%. Informasi obat yang sudah disampaikan, namun belum mencapai nilai keberhasilan indikator mutu yaitu, penyimpanan 8% belum mencapai hasil keberhasilan sebesar 90%, efek samping 51% belum mencapai nilai keberhasilan sebesar 90%, dan terdapat indikator PIO yang belum disampaikan yaitu, kontraindikasi, stabilitas dan interaksi obat.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS DI PUSKESMAS BOGOR SELATAN

No.782 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh penyakit menular dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya sangat cepat dalam beberapa jam atau paling lama dalam beberapa hari. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan menimbulkan infeksi dan resiko timbulnya resistensi. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran sosiodemografi pasien, gambaran kategori penyakit ISPA, gambaran penggunaan antibiotik ISPA dan mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik berdasarkan panduan Pharmaceutical Care 2005 dan Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter 2013 meliputi tepat obat, tepat dosis, tepat lama pemberian dan tepat frekuensi pada pasien ISPA di Puskesmas Bogor Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan Cross sectional dengan pengambilan data sekunder secara retrospektif dengan data sekunder berupa rekam medik sebanyak 96 pasien dengan metode total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan data sosiodemografi berjenis kelamin perempuan lebih tinggi sebanyak 56 pasien (58%), usia paling tinggi 17-25 tahun sebanyak 25 pasien (26%), Kategori penyakit ISPA terbanyak yaitu faringitis sebanyak 68 pasien (71%). Antibiotik yang digunakan pada ISPA 100% diberikan antibiotik amoksisilin dengan evaluasi ketepataan obat yaitu 100% , ketepatan dosis 100%, ketepatan frekuensi 100% dan ketepatan lama pemberian 0 pasien (0%). Hasil dapat disimpulkan penggunaan antibiotik pasien ISPA cukup tinggi dan ketepatan lama pemberian yang masih tidak rasional.

UJI INHIBISI ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO EKSTRAK ETANOL 70% KENTOS KELAPA (Cocos nucifera L.)

No.783 Diabetes Melitus (DM) ialah penyakit gangguan metabolik dikarenakan insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak cukup atau tubuh kurang berdaya mengaplikasikan insulin yang dihasilkan secara efektif. Pengobatan DM bisa dilakukan dengan terapi insulin atau oleh antidiabetik oral seperti penghambat α- glukosidase. Obat penghambatan enzim α-glukosidase digunakan untuk DM tipe 2. Banyak tumbuh-tumbuhan yang memiliki aktivitas menghambat enzim α- glukosidase, diantaranya tumbuhan yang mengadung flavonoid. Tujuan dilakukannya penelitian ialah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari ekstrak etanol 70% kentos kelapa menggunakan metode maserasi. Pengujian hambatan enzim α-glukosidase dilakukan secara in vitro dengan menggunakan ELISA Reader (Bioteck). Kandungan fitokimia ekstrak etanol 70% kentos kelapa menunjukan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan terpenoid. Hasil pengujian aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menunjukan rata-rata pada tiap ulangan persen inhibisi berturut-turut pada ekstrak adalah 2,144%, 1,942%, 2,063%, 2,589%, dan 3,762%, dan pada akarbosa berturut-turut adalah 30,284%, 70,478%, 81,913%, 93,832% dan 97,99%

EVALUASI PENGGUNAAN AMOKSISILIN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA PEDIATRI DI PUSKESMAS BOGOR SELATAN

No.784 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi penyebab utama mortalitas serta morbiditas penyakit infeksi dunia, menyebabkan tingginya penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik anak harus diperhatikan dengan benar. Masalah yang sering terjadi pada resep anak yakni menerima dosis berlebih (menyebabkan toksisitas) atau dosis kurang (menyebabkan resistensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien ISPA pediatri, gambaran penyakit ISPA pediatri, pola penggunaan amoksisilin pada pengobatan ISPA pediatri dan mengetahui ketepatan penggunaan amoksisilin pada pasien ISPA pediatri dengan melihat tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi, dan tepat lama pemberian dengan panduan Pharmaceutical Care 2005 dan Panduan Praktik Klinik Bagi dokter (IDI) edisi 1 tahun 2013. Penelitian ini meggunakan metode deskriptif observasional, dengan pendekatan cross sectional. Data sekunder penelitian ini diambil secara retrospektif dari simpus pasien, berjumlah 88 pasien periode September- Desember 2020 di Puskesmas Bogor Selatan. Hasil penelitian menunjukkan umur yang mendominasi yaitu 4-5 tahun sebanyak 66 pasien (75%), 48 pasien (55%) adalah laki-laki, dengan BB paling banyak ditemui yakni 13-19 kg sebanyak 78 pasien (89%). Terdapat 56 pasien (64%) tonsillitis dan 32 pasien (36%) faringitis dengan tingkat penggunaan amoksisilin 100%. Berdasarkan hasil evaluasi ketepatan penggunaan amoksisilin diperoleh tepat obat 100%, tepat dosis 41 pasien (47%), tepat frekuensi 100% dan tepat lama pemberian 100% tidak tepat.