Sebanyak 56 item atau buku ditemukan

UJI INHIBISI ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO EKSTRAK ETANOL 70% KENTOS KELAPA (Cocos nucifera L.)

No.783 Diabetes Melitus (DM) ialah penyakit gangguan metabolik dikarenakan insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak cukup atau tubuh kurang berdaya mengaplikasikan insulin yang dihasilkan secara efektif. Pengobatan DM bisa dilakukan dengan terapi insulin atau oleh antidiabetik oral seperti penghambat α- glukosidase. Obat penghambatan enzim α-glukosidase digunakan untuk DM tipe 2. Banyak tumbuh-tumbuhan yang memiliki aktivitas menghambat enzim α- glukosidase, diantaranya tumbuhan yang mengadung flavonoid. Tujuan dilakukannya penelitian ialah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari ekstrak etanol 70% kentos kelapa menggunakan metode maserasi. Pengujian hambatan enzim α-glukosidase dilakukan secara in vitro dengan menggunakan ELISA Reader (Bioteck). Kandungan fitokimia ekstrak etanol 70% kentos kelapa menunjukan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan terpenoid. Hasil pengujian aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menunjukan rata-rata pada tiap ulangan persen inhibisi berturut-turut pada ekstrak adalah 2,144%, 1,942%, 2,063%, 2,589%, dan 3,762%, dan pada akarbosa berturut-turut adalah 30,284%, 70,478%, 81,913%, 93,832% dan 97,99%

EVALUASI PENGGUNAAN AMOKSISILIN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA PEDIATRI DI PUSKESMAS BOGOR SELATAN

No.784 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi penyebab utama mortalitas serta morbiditas penyakit infeksi dunia, menyebabkan tingginya penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik anak harus diperhatikan dengan benar. Masalah yang sering terjadi pada resep anak yakni menerima dosis berlebih (menyebabkan toksisitas) atau dosis kurang (menyebabkan resistensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien ISPA pediatri, gambaran penyakit ISPA pediatri, pola penggunaan amoksisilin pada pengobatan ISPA pediatri dan mengetahui ketepatan penggunaan amoksisilin pada pasien ISPA pediatri dengan melihat tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi, dan tepat lama pemberian dengan panduan Pharmaceutical Care 2005 dan Panduan Praktik Klinik Bagi dokter (IDI) edisi 1 tahun 2013. Penelitian ini meggunakan metode deskriptif observasional, dengan pendekatan cross sectional. Data sekunder penelitian ini diambil secara retrospektif dari simpus pasien, berjumlah 88 pasien periode September- Desember 2020 di Puskesmas Bogor Selatan. Hasil penelitian menunjukkan umur yang mendominasi yaitu 4-5 tahun sebanyak 66 pasien (75%), 48 pasien (55%) adalah laki-laki, dengan BB paling banyak ditemui yakni 13-19 kg sebanyak 78 pasien (89%). Terdapat 56 pasien (64%) tonsillitis dan 32 pasien (36%) faringitis dengan tingkat penggunaan amoksisilin 100%. Berdasarkan hasil evaluasi ketepatan penggunaan amoksisilin diperoleh tepat obat 100%, tepat dosis 41 pasien (47%), tepat frekuensi 100% dan tepat lama pemberian 100% tidak tepat.

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ORAL PADA PASIEN DIARE BALITA DI PUSKESMAS BOGOR SELATAN

No.785 Diare merupakan terjadinya buang air besar dengan konsistensi tinja lebih encer dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali dalam sehari atau lebih dalam 24 jam. Dalam penatalaksanaan diare pada balita, obat yang digunakan terdiri dari oralit dan zink. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketepatan pengobatan pada pasien diare balita di Puskesmas Bogor Selatan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deksriptif yang bersifat retrospktif dengan pendekatan cross sectional. Data penelitian ini diambil dari data sekunder berupa data rekam medik pasien, dengan periode September – Desember 2020.Sampel yang diambil sebanyak 106 pasien dengan metode total sampling. Adapun hasil penelitian menunjukkan, usia paling banyak 2-3 tahun (54%), jenis kelamin laki-laki (61%), penggunaan oralit (38%), zink (1%), dan oralit+zink (61%). Evaluasi penggunaan obat oral pada pasien diare balita; Evaluasi tepat pemilihan obat oralit, zink, dan oralit+zink terdapat 100% sudah tepat; Evaluasi tepat pemberian dosis oralit, zink, dan oralit+zink terdapat 97%, 100%, dan 74% tidak tepat dosis; Evaluasi tepat interval/frekuensi zink 100% sudah tepat, oralit dan oralit+zink terdapat 97% dan 74% tidak tepat; Evaluasi tepat lama pemberian oralit, zink, dan oralit+zink terdapat 100% sudah tepat.