Sebanyak 332 item atau buku ditemukan

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI RSUD R. SYAMSUDIN S.H KOTA SUKABUMI

No. 865 Pelayanan kefarmasian mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Apabila pelayanan yang diberikan kurang optimal maka akan menyebabkan ketidakpuasan pasien. Pasien akan merasa puas apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan kenyataan dalam pemberian pelayanan kefarmasian yang dapat memuaskan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran data sosiodemografi pasien serta untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pasien terkait pelayanan kefarmasian di RSUD R. Syamsudin S.H ditinjau dari 5 dimensi kepuasan yaitu Kehandalan (Reliability), Ketanggapan (Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Emphaty) dan Bukti Langsung (Tangible). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Sumber informasi data primer dari penelitian ini berupa kuisioner yang dibagikan kepada 99 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data dianalisis secara deskriptif, dan hasil disajikan dalam bentuk tabel/grafik. Hasil penelitian menunjukan nilai rata- rata skor pada tiap dimensi yaitu : untuk dimensi Kehandalan (Reliability) mendapat persentase sebesar 75,05% dimensi Ketanggapan (Responsiveness) mendapat persentase sebesar 76,77%, dimensi Jaminan (Assurance) mendapat persentase sebesar 79,09%, dimensi Empati (Emphaty) mendapat persentase sebesar 79,24% dan dimensi Bukti Langsung (Tangible) mendapat persentase sebesar 73,23% yang artinya pasien sudah puas dengan pelayanan yang diberikan. Kata kunci : Tingkat Kepuasan, Pelayanan Kefarmasian, RSUD R. Syamsudin S.H

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENGELOLAAN OBAT LASA TERHADAP KEJADIAN MEDICATION ERROR PADA TAHAP DISPENSING DI INSTALASI FARMASI RSUD PALABUHANRATU

No. 860 Medication error adalah ketidaktepatan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan banyak kerugian pada pasien yang sebenarnya dapat dicegah. Penelitian dilatar belakangi masih ditemukannya kejadian medication error pada saat pelayanan kefarmasian berlangsung khususnya pada fase dispensing. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pengelolaan obat LASA dengan kejadian medication error pada tahap dispensing di Instalasi Farmasi RSUD Palabuhanratu yang menjadi faktor penyebab terjadinya medication error dengan metode cross sectional secara prospektif menggunakan kuesioner. Jumlah sampel 30 petugas pelayanan kefarmasian yang dihitung menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juli 2021 di Instalasi Farmasi RSUD Palabuhanratu. Hasil data sosiodemografi petugas pelayanan kefarmasian usia terbanyak dewasa awal (44%), jenis kelamin terbanyak perempuan (70%), pendidikan terbanyak SMK Farmasi (50%), dan masa kerja terbanyak 1-5 tahun (37%). Pengetahuan obat LASA terbanyak berkriteria baik (80%), pengelolaan obat LASA terbanyak berkriteria baik (60%) dan medication error tercatat sebanyak (27%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan obat LASA dengan medication error (p-value=0.34) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan obat LASA dengan medication error (p-value=0.01). Kata Kunci : Medication Error, Pengetahuan, Pengelolaan, LASA

KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS CIPAKU BOGOR

No. 859 Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai oleh demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan diare. Dari data WHO di dapatkan perkiraan jumlah kasus demam tifoid mencapai angka antara 11 dan 21 juta kasus dan 128.000 hingga 161.000 kematian terkait demam tifoid terjadi setiap tahun di seluruh dunia (WHO, 2018). Salah satu tata laksana penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotik yang penggunaannya perlu dievaluasi untuk menjamin mutu dan efektivitas terapi demam tifoid, meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, frekuensi waktu pemberian dan lama pemberian atau terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid di Puskesmas Cipaku Bogor. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada 72 pasien, didapatkan data 100% tepat pasien, 100% tepat indikasi, 100% tepat obat, 81% tepat dosis, 68% tepat frekuensi waktu pemberian, dan 92% tepat lama pemberian. Kata kunci: Antibiotik, Demam Tifoid, Evaluasi Penggunaan Obat.

PERBANDINGAN EFEK TERAPI OBAT DISPEPSIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD SEKARWANGI

No. 852 Penyakit dispepsia merupakan penyakit yang cukup banyak dijumpai di RSUD Sekarwangi. Dispepsia lebih sering disebabkan oleh inhibisi/tukak lambung sehingga merangsang saraf vagus terhubung langsung kepusat muntah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sosiodemografi pasien dan membandingkan efek terapi obat dispepsia pasien rawat inap berdasarkan lama hari rawat. Penelitian bersifat retrospektif. Data gambaran sosiodemografi, dan lama hari rawat inap dilihat pada rekam medis pasien periode Januari 2017-Mei 2021. Terdapat 81 pasien yang memenuhi kriteria serta didapat data sosiodemografi: umur, jenis kelamin, pekerjaan dan data pendidikan terakhir pasien. Data dianalisis secara statistik hasil disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Obat yang digunakan oleh pasien dispepsia dan lama hari rawat pasien yaitu PPI + Sitoprotektif (12%, 3,45 hari), PPI + Antasida (4%, 2,6 hari), PPI + H2 Blocker (5%, 2,75 hari), PPI + Sitoprotektif + Antasida (7%, 3,16 hari), PPI + Sitoprotektif + H2 Blocker (1%, 3 hari),PPI + Sitoprotektif + Prokinetik (1%, 5 hari), PPI + Antasida + H2 Blocker (1%, 7 hari), H2 Blocker + Antasida (4%, 3 hari), H2 Blocker + Sitoprotektif (14%, 2,3 hari), PPI (27%, 3,5 hari), dan H2 Blocker (24%, 2,94 hari). Hasil efek terapi obat dispepsia yang digunakan yaitu terdapat perbedaan yang bermakna dengan. nilai P: 0,755. Kata kunci: Dispepsia, Obat Dispepsia, Efek Terapi.

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DOTS PADA PASIEN TB PARU BTA POSITIFDI INSTALASI RAWAT JALANRSUD LEUWILIANG TAHUN 2020

No. 849 TB(Tuberkulosis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Program Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah salah satu cara untuk mengatasi penyakit TB. Angka konversi, angka kesembuhan dan angka drop out merupakan parameter untuk menilai keberhasilan pengobatan dalam program DOTS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar angka konversi, angka kesembuhan dan angka drop out pasien TB Paru BTA Positif dalam program DOTS di Rumah Sakit Umum daerah Leuwiliang selama tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian noneksperimental dengan rancangan deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Angka konversi, angka kesembuhan dan angka drop out yang diperoleh dibandingkan dengan angka konversi target (>80%), angka kesembuhan target (>85%), dan angka drop out target (<5%) yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Perbandingan ini untuk mengetahui keberhasilan program DOTS. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa angka konversi BTA adalah 91,13%, angka kesembuhan 89,16%, dan angka drop out 2,46%, menunjukkan bahwa program DOTS di RSUD Leuwiliang berhasil sesuai dengan yang ditetapkan WHO. Kata kunci : Tuberkulosis, Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), Evaluasi.

KARAKTERISTIK DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA PENGHAMBAT ENZIM α-GLUKOSIDASE DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TEH (Camellia sinensis (L) Kuntze)

No. 847 Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif dengan gangguan metabolik kronis yang dapat menyebabkan pankreas gagal memproduksi cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa). Pada umumnya pengobatan diabetes melitus menggunakan terapi insulin dan berbagai obat-obatan sintetik, namun pengobatan tersebut memiliki efek samping, maka perlu dicari alternatif antara lain dengan herbal. Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai inhibitor α-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bioaktif dari fraksi etil asetat daun teh yang memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase. Ekstrak diperoleh dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%, hasil ekstrak kental kemudian di partisi dengan pelarut etil asetat dan air (1:1) setelah itu dilakukan pencarian sub fraksi terbaik dengan metode kromatografi dan identifikasi menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dan LCMS/MS. Pengujian enzim α-glukosidase pada fraksi etil asetat daun teh menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis pada λ 405 nm dan absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung % inhibisi dan IC50. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa fraksi 6-2 merupakan subfraksi yang paling aktif menghambat enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 4,519 ppm. Senyawa yang terkandung dalam subfraksi tersebut merupakan senyawa Epicatechin gallate (Epicatechin-3-O-gallate) dengan BM 442,09000; Epigallocatechin-3-O-gallate dengan BM 458,08491; Caffeine dengan BM 194.08038; dan Dichrostachine F dengan BM 620.29853. Kata kunci: Diabetes Mellitus, Camellia sinensis (L.) Kuntze, Fraksinasi, Epicatechin gallate (Epicatechin-3-O-gallate), Epigallocatechin-3-O- gallate, Caffeine, Dichrostachine F

SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Escherichia coli

No. 845 Gel Hand sanitizer merupakan gel pembersih tangan yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri hingga membunuh bakteri. Sediaan gel memiliki viskositas dan daya sebar tinggi sehingga dapat menyebar luas pada permukaan kulit dan memberikan sensasi dingin ketika digunakan karena gel memiliki kandungan air yang tinggi. Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang digunakan sebagai tanda atau indikator adanya kontaminasi feces dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap makanan dan minuman. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tumbuhan yang mengandung alkaloid yang bersifat antibakteri. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh zona hambat pada gel ekstrak buah belimbing wuluh terhadap Escherichia coli dan untuk memperoleh konsentrasi berapa yang memiliki aktivitas antibakteri dari gel ekstrak buah belimbing wuluh terhadap Esherichia coli serta mengetahui mutu fisik dari sediaan gel hand sanitizer meliputi uji homogenitas, pH, uji daya sebar, viskositas dan uji organoleptik dari sediaan ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dengan menggunakan metode sumuran. Dibuat tiga formula sediaan gel hand sanitizer dengan konsentrasi ekstrak buah belimbing wuluh sebesar 0,3%, 0,6% dan 0,9%. Hasil pengujian aktivitas dari gel hand sanitizer ekstrak buah belimbing wuluh diperoleh diameter zona hambat sebesar 9,2 mm, 11,53 mm dan 13,46 mm yang menunjukkan sediaan gel hand sanitizer dengan kategori kuat pada konsentrasi 0,9%. Gel hand sanitizer ekstrak buah belimbing wuluh mempunyai mutu fisik yang baik. Hasil uji organoleptik gel hand sanitizer dengan konsentrasi 0,3% berwarna cokelat muda, konsentrasi berwarna 0,6% coklat sedang, dan konsentrasi 0,9% berwarna coklat tua, aroma khas ekstrak buah belimbing wuluh dengan pH antara 5,13-5,42 daya sebar 5 cm dan viskositas sesuai dengan literatur yaitu 2000-50000 cPs. Kata kunci: Antibakteri, Averrhoa bilimbi L., escherichia coli, hand sanitizer.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE PEDIATRI RAWAT INAP DENGAN METODE GYSSENS DI RSUD CIAWI BOGOR

No. 844 Terapi antibiotik pada pasien diare Pediatri yang kurang tepat dapat menyebabkan resisten bakteri terhadap antibiotik.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien Pediatrikasus diare di Instalasi rawat inap RSUD Ciawi Bogor periode Januari-Desember 2019 berdasarkan metode Gyssens.Data diperoleh dari rekam medik, dengan metode retrospektif meliputi data sosiodemografi, antibiotik yang digunakan, dosis, frekuensi, lama pemberian antibiotik dan rute pemberian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien Pediatrimengalami kasus diare terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki (58%), kelompok umur terbanyak pasien 1-5 tahun (57%), antibiotik yang terbanyak digunakan yaitu Cefatoxime injeksi sebanyak (50%). Hasil evaluasi menggunakan metode Gyssenskesesuaian penggunaan antibiotik masuk ke dalam kategori 0 penggunaan antibiotik tepat sebanyak 33 (37%), kategori IIIA pemberian antibiotik terlalu lama sebanyak 8 (9%), kategori IIIB pemberian antibiotik terlalu singkat sebanyak 27 (30%), kategori IVA ada antibiotik lain yang lebih efektif sebanyak 11 (12%) dan kategori IVC terdapat alternatif antibiotik yang lebih murah sebanyak 11 (12%). Kata kunci : kesesuaian penggunaan antibiotik, antibiotik, diare, metode Gyssens

IDENTIFIKASI METABOLIT, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, DAN KARAKTERISTIK DARI YOGURT KACANG HIJAU (Vigna radiate L.)

No. 843 Pola hidup masyarakat kini lebih suka melakukan pencegahan dibanding mengobati, hal ini memengaruhi makanan dan minuman yang akan dikonsumsi, hendaknya memiliki manfaat bagi kesehatan terutama memiliki kandungan antioksidan. Radikal bebas penyebab penyakit degeneratif dapat ditangkal oleh antioksidan. Fermentasi sari kacang hijau sebagai upaya dalam peningkatan potensi sebagai pangan fungsional yang kaya akan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan, karakteristik, dan identifikasi metabolit dari yogurt kacang hijau. Diawali dengan pembuatan sari, peremajaan dan pembuatan stater, pembuatan yogurt kacang hijau dengan penambahan Lactobacillus casei Shirota strain 3% (A), L. acidophilus 3% (B), dan kombinasi (C). Hasil fermentasi dievaluasi karakteristik, pH, total asam, total BAL, aktivitas antioksidan, dan identifikasi metabolit sekunder. Yogurt sari kacang hijau yang difermentasi oleh bakteri Lactobacillus casei galur Shirota, Lactobacillus acidophilus, dan campurannya memiliki aktivitas antioksidan masing masing sebesar 63,12%, 87,28%, dan 81,59%. Aktivitas antioksidan yang tertinggi terdapat pada yogurt sari kedelai yang difermentasi oleh bakteri Lactobacillus acidophilus dengan nilai total bakteri asam laktat 2,0x1013 CFU/ml, nilai total asam laktat 0,59% dan nilai pH 4,1. Metabolit terkandung dalam yogurt sari kacang hijau tersebut adalah maltol (2-Etil-3-hidroksi-4-piranon) dan trigonellin (1- Methylpyridinium-3-carboxylate). Kata kunci: antioksidan, fermentasi, kacang hijau, Lactobacillus casei Shirota strain, Lactobacillus acidophilus